Sabtu, 13 Juni 2015

Mempertanyakan Ibadah Puasa Ramadan Yang Utama itu 29 harikah?

Mempertanyakan Ibadah Puasa Ramadan Yang Utama itu 29 harikah? 




Sebagian masyarakat bertanya-tanya; pada tahun ini puasa Ramadannya 29 atau 30 hari? Ada semacam keyakinan bahwa ibadah puasa itu yang sesuai tuntunan Rasulullah adalah 29 hari. Jika beberapa tahun berturut-turut ibadah puasa itu 30 hari maka biasanya akan ada mereka yang mempertanyakannya: tidakkah puasa tersebut kurang atau bahkan tidak sesuai tuntunan? sebagaimana ibadah puasa yang dilaksanakan Rasulullah semasa hidup beliau.



Alasannya:

Pada masa Rasulullah melaksanakan ibadah puasa Ramadan di masa hidup beliau (tahun 2H – 10H).  Sebagimana yang dinyatakan oleh beberapa penulis bahwa beliau lebih banyak berpuasa 29 hari dibanding 30 hari.  Hal ini dijadikan alasan untuk lebih mengutamakan ibadah puasa 29 hari ketimbang ibadah puasa yang 30 hari. Lebih sesuai dengan sunnah Rasulullah.
Data Ramadan di zaman Rasulullah yang dihisab menggunakan program “Accurate Times” Syaukat Odeh menggunakan pedoman Wujudul Hilal oleh Tono Saksono dalam bukunya, “Mengkompromikan Rukyat dan Hisab”.[1] 


No
Tahun
Lama
Ramadan
1
2 H
30 hari
2
3 H
29 hari
3
4 H
29 hari
4
5 H
29 hari
5
6 H
30 hari
6
7 H
29 hari
7
8 H
29 hari
8
9 H
29 hari
9
10 H
30 hari

Dan Ramadan Di Masa Rasulullah Menggunakan Pedoman Wujudul Hilal Oleh KH Noor Ahmad SS dalam bukunya,”” .[2]



No
Tahun
Lama
Ramadan
1
2 H
30 hari
2
3 H
29 hari
3
4 H
29 hari
4
5 H
30 hari
5
6 H
29 hari
6
7 H
29 hari
7
8 H
29 hari
8
9 H
29 hari
9
10 H
30 hari

Hasil Perhitungan KH Noor Ahmad SS dan Odeh menggunakan kriteria Wujudul Hilal dari 9 tahun Rasul mengalami puasa Ramadan: 3 (tiga) kali berumur 30 hari (walaupun mereka berbeda dalam menentukan pada tahun hijriah yang umur Ramadannya 30 hari tersebut) dan 6 (enam) kali berumur 29 hari.
Hal ini tidak bisa dijadikan justifikasi kalau umur Ramadan itu harus lebih banyak 29 daripada 30 hari.

Rasulullah saw bersabda:

   Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Maksudnya adalah kadang-kadang dua puluh sembilan hari, dan kadang-kadang tiga puluh hari [HR al-Bukhari dan Muslim].

Dalam hadis ini, Rasulullah memberikan penjelasan bahwa jumlah hari dalam bulan Kamariah (termasuk di dalamnya bulan Ramadan) adakalanya 29 hari atau 30 hari. Dengan demikian kondisi uur Ramadan semasa hidup Rasulullah tidak memberikan justifikasi kalau seharusnya umur Ramadan itu seharusnya lebih banyak yang 29 hari dibandingan dengan yang berumur 30 hari.

Dalam ilmu Falak dan kajian Astronomi dinyatakan bahwa: umur bulan Kamariah rata-rata    29,53 hari. Stephenson and Baolin (1991) mengkaji selang waktu siklus sinodik Bulan selama 5000 tahun, dari 1000 SM hingga tahun 4000 M, dan  mendapatkan siklus terpendek adalah 29.2679 hari dan siklus terpanjang adalah 29.8376 hari. Siklus sinodik Bulan rata-rata yang diadopsi adalah 29.530589 hari.[3] Dengan demikian seharusnya Secara sunnatullah lebih banyak umur bulan Kamariah itu secara umum yang 30 hari dibandingkan yang 29 hari.  Jadi puasa yang afdhal itu bukan yang 29 hari, tapi yang sesuai dengan hasil perhitungan; terlepas 29 atau 30 hari. Wallahu a’lamu bi al-shawab.




[1] Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas Publicita, 2007, h, 196
[2] Noor Ahmad SS, Upaya Menyatukan Misi Terhadap Perbedaan Peristiwa Bersejarah (Tarikh) Menurut Hisab  Nurul Anwar, Makalah pada Lokakarya Imsakiyah Ramadhan se Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Pusat  Pengabdian Masyarakat IAIN Walisongo Semarang, tahun  2003
[3] Muji Raharto, Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah di Indonesia, Power Point Seminar Penatuan Awal Bulan Kamariah di Indonesia, UIN Sultan Syarif Qasim Pekan Baru 11-12 Nopember 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar