Senin, 22 Juni 2009

Ratu Balqis: Sejarah Kepemimpinan Perempuan dalam Al-Qur'an

Ratu Balqis: Kisah Kepala Negara Super Power dalam Al-Qur’an





Abstrak

Kisah ratu Balqis dalam al-Qur’an tidak dapat dipisahkan dari penuturan tentang nabi Sulaiman. Penokohannya begitu kuat; sebagai seorang penguasa negri Saba’ yang aman sentosa. Ia adalah seorang ratu yang adil dan bijaksana memimpin rakyatnya. Ia begitu pintar dan tajam ldalam pemikiran, ahli strategi yang ulung dalam mengambil keputusan yang terbaik bagi rakyatnya ini terbukti ketika diminta untuk tunduk pada nabi Sulaiman.





A. Pendaluluan


Di antara figur perempuan yang terdapat dalam al-Qur’an, ratu Balqis mungkin masih tetap tokoh yang paling sukar difahami. Kemunculannya begitu kuat dan mengundang teka-teki, menolak setiap paradigmatisasi[1]. Sebagai penguasa kaum pagan—dalam hal ini pengembah mata hari, ia cakap bernegosiasi dengan nabi Sulaiman. Dan ketika ia mengakui kekuasaan nabi Sulaiman, ia kemudian tidak tunduk begitu saja tapi secara diplomatis menyatakan bersama Sulaiman tunduk kepada Allah.
Barbara Freyer Stowasser menyatakan bahwa dalam tafsir tradisionalis, kisah tentang ratu Balqis ini masih tetap membingungkan. Hal ini terkait belum diterimanya wacana perempuan sebagai kepala negara. Ditambah lagi pengisahan ratu Balqis ini dalam al-Qur’an lebih didominasi kisah supranatural nabi Sulaiman dibanding mengungkapkan berbagai hal yang bermanfaat bagi tafsir ilmiah[2].


Kisah tentang ratu Balqis sebagai penguasa negeri Saba’ dalam al-Qur’an diceritakan dalam surat an-Naml yang berarti semut[3]. Dan tentang negeri Saba’ diuraikan secara panjang lebar pada surat Saba’.




B. Ratu Balqis adalah Penguasa Negeri Saba


Al-Qur’an memaparkan kisah seorang ratu yang memerintah kerjaan yang besar, yaitu ratu Balqis penguasa negeri Saba’[4]. Hal ini dijelaskan al-Quran dalam surat Saba’/34 : 15 berikut:


Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan di sebelah kiri. Makanlah olehmu dari nezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya (negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun. QS Saba’/ :15.


Dalam ayat di atas diceritakan tentang negeri Saba’ aman dan makmur (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur) di masa pemerintahan ratu Balqis. Kerajaan Saba’ berdiri pada abad VIII SM, pengaruh kekuasaannya mencakup Ethiopia dan salah satu negeri yang sangat terkenal ketika itu yaitu Ma’rib dengan bendungan yang sangat besar[5].


Pada ayat selanjutnya dikisahkan bahwa walaupun Allah telah melimpahkan begitu banyak anugerah-Nya kepada mereka, namun mereka tetap ingkar kepada-Nya. Lalu Allah mengirimkan banjir yang besar kepada mereka. Demikianlah balasan Allah atas kekufuran mereka. Firman Allah:


Lalu mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besardan kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pepohonan) yang berbuah pait, pohon Atsal, dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi mereka balasan karena kekafiran mereka, dan kami tidak membalas melainkan kepada orang-orang yang sngat kafir. QS. Saba’/34 : 16-17.


Menurut Ibnu ‘Asyur sebagaimana yang dikutip M Quraish Shihab bahwa terjadinya peristiwa banjir tersebut setelah masa ratu Balqis yang telah menganut ajaran agama yang diajarkan nabi Sulaiman. Sepeninggal ratunya yang adil itu, kaum Saba’ kembali menjadi kaum yang ingkar. Lalu Allah menghancurkan mereka melalui bencana banjir besar setelah runtuhnya bendungan Ma’rib[6].




C. Nabi Sulaiman dan Burung Hud-hud


Kisah tentang Ratu Balqis dalam al-Qur’an terkait dengan kisah kerasulan nabi Sulaiman AS putra nabi Daud. Informasi tentang ratu Balqis yang berkuasa di negeri Saba’ ini diterima nabi Sulaiman[7] secara tidak diduga sebelumnya dari burung Hudhud. Burung Hudhud ini merupakan bagian dari bala tentara kerajaan nabi Sulaiman. Dikisahkan dalam suatu perjalanan nabi Sulaiman dengan bala tentaranya dan setibanya di tempat tujuan ia mengadakan inspeksi terhadap pasukannya. Ketika memeriksa barisan burung-burung, ia tidak mendapati burung Hudhud. Hal ini sebagaimana yang disitir dalam al-Qur’an:


Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata,” Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah ia termasuk yang tidak hadir? Sesungguhnya aku benar-benar akan menyiksanya dengan siksa yang pedih atau aku benr-benar akan menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan bukti yang terang. QS an-Naml/27: 21


Dalam ayat di atas dinyatakan bahwa setelah memeriksa barisan bala tentaranya namun nabi Sulaiman tidak menemukan burung Hudhud. Lalu ia bertitah,” Sesungguhnya aku benar-benar akan menyiksanya dengan siksa yang pedih atau aku benar-benar akan menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan bukti yang terang”,yakni alasan yang jelas yang dapat diterima[8]. Lalu tak lama berselang datanglah si burung Hudhud. Ia membawa berita yang belum diketahui oleh nabi Sulaiman sebelumnya. Yaitu tentang negeri Saba’ yang diperintah oleh seorang wanita, yang konon bernama Balqis binti Syurahil. Sang ratu dianugerahi segala sesuatunya yang dapat menjadikan kekuasaannya langgeng, kuat dan besar. Misalnya tanah yang subur, penduduk yang taat, kekuatan bersenjata yang tangguh serta pemerintahan yang stabil. Serta ia mempunyai singgasana yang besar sebagai cerminan kehebatan kerajaannya[9], sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah:


Maka tidak lama kemudian lalu(burung Hudhud)berkata”Aku telah mengetahui sesuatu yang engkau belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari Saba’ suatu berita yang meyakinkan. Sesungguhnya aku menjumpai seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. QS an-Naml/27: 22-23


Lalu burung Hudhud melanjutkan ceritanya; setelah menjelaskan keunggulan kerajaan Saba’ tersebut secara material, ia kemudian menguraikan kelemahannya secara spritual. Bahwa sang ratu dan kaumnya beribadah dengan menyembah mata hari—menyembah selain Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana dalam firman Allah selanjutnya:


Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah: dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan Allah, sehingga mereka tidak mendapat petunjuk. Agar mereka tidak menyembah Allah. Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai arasy yang besar. QS an-Naml/27: 24-26




D. Surat Nabi Sulaiman untuk Ratu Balqis


Setelah mendengarkan laporan dari burung Hudhud tentang keyakinan yang batil dalam suatu masyarakat—yakni kerajaan Saba’yang merupakan sebuah kerajaan besar dan kuat, yang mereka berada tidak jauh dari pusat kekuasaan nabi Sulaiman di Palestina; nabi Sulaiman selaku nabi da rasul yang bijaksana, ia tidak terburu-buru dalam mengambil suatu keputusan. Untuk mengklarifikasi berita yang dibawa oleh burung Hudhud[10] serta guna memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang masyarakat tersebut lalu ia merintahkan burung Hudhud untuk membawa suratnya kepada mereka. Lalu mencari tau apa yang mereka diskusikan menyangkut isi surat itu. Sebagaimana firman Allah:


Berkata Sulaiman: ”Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan membawa suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” QS an-Naml/27: 27-28


Setelah burung Hudhud berangkat ke negeri Saba’ dengan membawa surat dari nabi Sulaiman. Ia menjatuhkan surat itu kepada sang ratu yang kemudian langsung membuka dan membacanya. Lalu ratu Balqis pengumpulkan para pejabat teras dan para penasehatnya untuk bermusyawarah. Bahwa ia telah menerima surat dari Sulaiman yang mengajak mereka berserah diri, memeluk agama tauhid. Sebagaimana diceritakan pada ayat selanjutnya:


Berkata Balqis: “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuat surah yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya isinya: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. QS an-Naml/27: 29-31


Selanjutnya ratu Balqis berdiskusi dan jajarannya bagaimana menanngapi surat tersebut.


Berkata Balqis: “Hai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam urusan ini aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis (ku).” Mereka menjawab: ”Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan juga keberanian yang sangat dalam peperangan, dan keputusan berada ditanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang kamu perintahkan.” Dia berkata:” Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia menjadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan ini.” QS an-Naml/32-35




Ini menunjukkan betapa besar usaha ratu Balqis untuk mengungkapkan apa yang belum ia ketahui tentang nabi Sulaiman sehingga ia mengadakan musyawarah dengan para petinggi kerajaannya untuk meminta pendapat dan pandangan mereka. Mereka mengatakan kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan juga keberanian yang sangat dalam peperangan, dan keputusan berada ditanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang kamu perintahkan. Setelah mempertimbangkan segala sesuatunya serta mengingat kehancuran dan penderitaan rakyatnya yang akan terjadi akibat peperangan karena raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia menjadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat, maka ratu Balqis terlebih dahulu mencoba jalan damai. Yaitu dengan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan ini. Balqis menguji terlebih dahulu tentang kebenaran Sulaiman. Apabila Sulaiman seorang nabi tentulah ia akan menolak hadiah tersebut namun sebaliknya jika ia mengambilnya tentulah ia bukan seorang nabi[11]. Dengan demikian untuk mengulur waktu melihat tanggapan dari Sulaiman dan memikirkan lebih lanjut tentang langkah yang akan diambil, antara berperang atau damai.


Firasat ratu Balqis tentang kenabian Sulaiman begitu kuat, karena Sulaiman menolak hadiahhadiah yang dibawakan oleh utusannya. Penolakan nabi Sulaiman tersebut diceritakan Allah dalam ayat selanjutnya:


Maka tatkala utusan-utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata:” Apakah patut kamu menolong aku dengan harta?, maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik dari pada apa yang diberikan-Nya kepadamu, tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri Saba’ dengan terhina dan mereka menjadi tawanan-tawanan yang hina dina.” QS an-Naml/36-37


Nabi Sulaiman menyurati mereka untuk datang dan berserah diri kepadanya bukanlah karena harta sehingga iapun menolaknya. Tapi karena semua itu karena ketaatan kepada Allah. Dapat dikatakan di sini bahwa hadiah tersebut merupakan sogokan yang bertujuan menghalangi Sulaiman dalam melaksanakan kewajibannya. Apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik dari pada apa yang diberikan-Nya kepadamu, tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
Selanjutnya nabi Sulaiman memerintahkan kepada pimpinan rombongan kerajaan Saba’ bahwa kembalilah kepada mereka yakni ratu dan mereka yang taat kepadanya. Sungguh kami bersumpah bahwa sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri Saba’ dengan terhina dan mereka menjadi tawanan-tawanan yang hina dina menjadi tawanan-tawanan perang. Ini tentu saja bila mereka tidak datang dan patuh pada kami[12].




E. Ratu Balqis Tunduk pada Agama Tauhid yang Dibawa Nabi Sulaiman


Al-Qur’an tidak menjelaskan apa yang terjadi setelah penolakan hadiah ratu Balqis tersebut. Namun dapat diasumsikan bahwa utusan kerajaan Saba’ tersebut menyampaikan hasil pertemuannya dengan Sulaiman kepada sang ratu. Sebagian riwayat menyatakan bahwa menyadari bahaya yang akan mengancam kelangsungan kerajaannya, maka ratu Balqis menyurati Sulaiman bahwa ia akan mendatangi kerajaan Sulaiman. Cerita selanjutnya bahwa nabi Sulaiman memerintahkan agar singgasana ratu Balqis diangkut ke kerajaannya di Palestina sebelum rombongan mereka sampai.


Berkata Sulaiman:” Hai pembesar-pembesar, siapakah diantara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin:” Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepada sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membacanya lagi dapat dipercaya.”Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab:” Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri, dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.” QS an-Naml/38-40


Perintah nabi Sulaiman ini disanggupi oleh Ifrit[13] bahwa ia akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepada sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu;untuk pulang beristirahat. Konon nabi Sulaiman itu berkantor dari pagi hingga siang hari. Jika demikian berarti Ifrit akan mengangkut singgasana itu membutuhkan waktu setengah hari.


Titah ini juga mendapat tanggapan dari seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab:” Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.”maka dengan serta merta kemudian singgasana ratu Balqis itu telah berada di hadapan nabi Sulaiman. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri, dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia. Para ulama berbeda pendapat tentang tokoh seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab tersebut. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah Ashif ibn Barkhiya yang merupakan seorang ulama bani Israil yang juga adalah salah seorang jajaran mentri nabi Sulaiman. Ada lagi yang menyatakan bahwa ia adalah nabi Khidir atau bahkan malaikat Jibril.[14] Namun dalam ayat di atas di jelaskan bahwa kemampuannya yang luar biasa tersebut berdasarkan ilmu dan hikmah yang diperolehnya bersumber dari Kitab Allah.


Sementara ulama berpendapat bahwa permintaan nabi Sulaiman itu bertujuan untuk menunjukkan kepada ratu Balqis betapa besar kekuasaan dan anugerah Allah yang telah dikaruniakan-Nya kepada nabi Sulaiman agar mereka dapat sadar akan kelemahan serta ketidakberdayaannya lalu tunduk menyembah Allah.


Tatkala singgasana tersebut telah berada di hadapan nabi Sulaiman, lalu ia memerintahkan untuk memberikan sedikit “sentuhan” untuk membuat perubahan pada singgasana tersebut.


Dia berkata:”Ubahlah baginya singgasana, maka kita akan melihat apakah dia mengenalnya ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya.”Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupakah ini dengan singgasanamu? Dia menjawab,”Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.”Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya untuk melahirkan ke-Islamannya, karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana!,”maka tatkala dia melihat lantai istana tersebut, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapnya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin yang terbuat dari kaca. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim kepada diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan sekalian alam.” QS an-Naml/41-44


Perubahan yang mengesankan sedikit perbedaan dengan singgasana sang ratu. Tujuannya agar lebih lanjut kita akan melihat apakah dia mengenalnya bahwa singgasana tersebut adalah singgasanya yang telah diubah ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya.sehingga dapat diketahui tentang kejelian dan ketelitian ratu Balqis.


Ketika ratu Balqis sampai di istana nabi Sulaiman, Serupakah ini dengan singgasanamu? Pertanyaan itu dijawab dengan sangat taktis, Dia menjawab,”Seakan-akan singgasana ini singgasanaku. Suatu jawaban yang menunjukkan ketelitiannya juga kekuatan mentalnya. Jawaban yang tepat pada situasi seperti yang dialaminya.[15]


Mencermati keberadaan “singgasana”nya dan pertanyaan nabi Sulaiman yang diajukan kepadanya menyadarkannya tentang bukti berita/ pengetahuan tentang kehebatan nabi Sulaiman yang telah mereka dengar sebelumnya. Dan hal itu kini telah terbukti dan mereka saksikan sendiri. Selanjutnya Balqis mengatakan kami adalah orang-orang yang berserah diri. Dengan pengertianbahwa ia dan pengikutnya berserah diri masuk ke dalam agama tauhid yang dibawa oleh nabi Sulaiman dan meninggalkan kepercayaan mereka sebelumnya yang sesat.
Bahwa kepercayaan yang mereka anut selama ini dengan menyembah mata hari, Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya untuk melahirkan ke-Islamannya, karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.


Inilah bahagian akhir kisah tentang ratu Balqis dalam al-Qur’an, dia lalu dipersilakan untuk memasuki istana nabi Sulaiman. Setelah ujian yang pertama terkait dengan singgasananya yang telah dipindahkan ke istana nabi Sulaiman dilaluinya dengan sukses, maka tibalah ujian berikutnya terkait lantai kaca istana nabi Sulaiman. Maka tatkala dia melihat lantai istana tersebut, yang terbuat dari kaca yang bening. Dan konon di bawahnya mengalir air yang di dalamnya terdapat semisal aquarium yang di huni oleh ikan-ikan. Dikiranya kolam air yang besar dan disingkapnya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin yang terbuat dari kaca. Menyaksikan kemuliaan, keagungan serta karunia Allah yang dilimpahkan kepada nabi Sulaiman, maka berkatalah Bilqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim kepada diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan sekalian alam.Ini adalah jawaban yang cerdas dan cemerlang pemikirannya. Di saat ia harus mengaku kekuatan dan kekuasaan lawannya, ia tidak langsung mengakui kebesaran lawannya tetapi ia merangkulnya dan menundukkan diri kepada Zat yang lebih tinggi dari pada Sulaiman yaitu Allah Subhanahu Wata’ala.[16]


Adapun mengenai kelanjutan hubungan antara nabi sulaiman dan ratu Balqis. Sebagian mufassir menyatakan bahwa hubungan cinta antara keduanya berakhir dengan perkawinan. Mereka menikah dan menjadi sepasang suami istri Walaupn menurut M. Quraish Shihab pembahasan tersebut sebaiknya disingkirkan dari pembahasan tafsir[17].


F. Ratu Balqis: Potret Lambang Kemandirian Perempuan di Bidang Politik


Demikianlah al-Qur’an berceria tentang kepemimpinan seorang perempuan dengan memberikan contoh kepemimpinan ratu Balqis; penguasa negeri Saba’. Kisah ini menggambarkan tentang perempuan yang mempunyai kecemerlangan pemikiran, ketajaman pandangan, kebijaksanaan dalam mengambil suatu keputusan, dan seorang politikus ulung. Waktu ia menerima surat dari nabi Sulaiman, ia musyawarahkan dengan para pembesar kerajaannya. Walaupun merasa kuat dan siap untuk berperang dengan Sulaiman, namun ia mempuyai sebuah pandangan yang jauh ke depan. Ia tak ingin kerajaannnya hancur dan rakyatnya menderita akibat peperangan. Karena ia punya intuisi kalau Sulaiaman adalah nabi. Melawan seorang nabi, adalah perbuatan yang sia-sia. Seorang nabi adalah utusan Allah yang tak mungkin dapat dikalahkan karena ia dapat pertolongan dari-Nya. Dan tidaklah bijaksana menghalangi rakyatnya untuk menikmati kebenaran dengan berperang melawannya untuk mempertahankan kebatilan[18].


Profil ratu Balqis sebagai seorang pemimpin yang adil dan bijaksana sebagimana yang diceritakan dalam al-Qur’an di atas kemudian dijadikan patron/ kriteria perempuan yang ideal dalam Islam. Kaum perempuan di masa Rasulullah digambarkan sebagai perempuan yang aktif, sopan dan terpelihara akhlaknya. Bahkan dalam al-Qur’an figur ideal seorang muslimah disimbolkan sebagai pribadi yang memiliki kemandirian politik (al-istiqlal as-siyasah) (QS. Al-Mumtahanah/60:12), seperti figur Ratu Balqis yang memimpin kerajaan super power (‘arsyun ‘azhim) (QS. an-Naml/ 27:23); memiliki kemandirian ekonomi (al-istiqlal al-iqtishadi) (QS. an-Nahl/16:97), seperti figur perempuan pengelola peternakan dalam kisah Nabi Musa dengan putru nabi Syu’aib di Madyan (QS. al-Qashash/28:23), kemandirian di dalam menentukan pilihan pribadi (al-istiqlal asy-syakhshi) yang diyakini kebenarannya, sekalipun berhadapan dengan suami bagi wanita yang sudah kawin, (QS. at-Tahrim/66:11) atau menentang pendapat orang banyak bagi perempuan yang belum kawin (QS. at-Tahrim/66:12), al-Qur’an mengizinkan kaum perempuan untuk melakukan gerakan “oposisi” terhadap berbagai kebobrokan, dan menyampaikan kebenaran (QS. at-Taubah/9:71)[19].


Tidaklah mengherankan jika pada masa Nabi ditemukan sejumlah perempuan memiliki kemampuan intelektual dan prestasi sosial yang cemerlang seperti yang diraih kaum laki-laki, seperti para istri Rasul. Dalam jaminan al qur’an, perempuan dengan leluasa memasuki semua sektor kehidupan masyarakat, termasuk politik, ekonomi dan berbagai sektor publik lainnya.
Pembicaraan al-Qur’an tentang ratu Balqis juga dijadikan para ulama yang mendukung kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan untuk menjustifikasi pendapat mereka bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama menjadi kepala negara. Tentu saja selama mereka memenuhi kriteria-kriteria yang telah digariskan.


G. Penutup


Demikianlah kisah seorang ratu yang memiliki kekuasaan, namun kekuasaannya tidak menghalangi ia tunduk dan patuh kepada kebenaran[20]. Mudah-mudah menjadi mau’izhah hasanah bagi kita semua. Wa Allahu a’lamu bi ash-shawab




Daftar Pustaka


Barbara Freyer Stowasser, Reinterpretasi Gender: Wanita dalam al-Qur’an, Hadis dan Tafsir, (terj), Bandung: Putaka Hidayah, 2001, Cet.ke-1


Chatibul Umam, et. Al, Kajian Ayat- Ayat Al-Qur’an Tentang Wanita, Jakarta: P2M IAIN Syarif Hidayatullah, 1996


Huzaemah T Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer, Jakarta: al-Mawardi Prima, 2001, Cet. Ke-1


Lies M Marcoes Natsir dan Johan Hendrik Meuleman (ed), Wanita Islam Indonesia dalam Kajian Tekstual dan Kontekstual, Jakarta: INIS, 2003


M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Volume 10, Jakarta: Lentera hati, 2004, Cet.ke-2


------------, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Volume 11, Jakarta: Lentera hati, 2004, Cet.ke-2


Siti Musdah Mulia (ed), Keadilan dan Kestaraan Gender Perspektif Islam, jakarta: Lembaga kajian Agama dan Jender, 2003, Cet. Ke-2


Siti Musdah Mulia, Islam & Inspirasi Kesetaraan Gender, Yogyakarta: Kibar Press, 2007, Cet.ke-2




[1] Barbara Freyer Stowasser, Reinterpretasi Gender: Wanita dalam al-Qur’an, Hadis dan Tafsir, (terj), Bandung: Putaka Hidayah, 2001, Cet.ke-1, h. 153
[2] Ibid, h. 153-154
[3] Dalam surat an-Naml dikisahkan tentang semut yang takut melihat kehadiran Sulaiman dan bala tentaranya di lembah mereka. “Wahai semut-semut masuklah ke dalam sarang sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. Maka Sulaiman tersenyum mendengar perkataan semut. Dan ia berdoa,”Wahai Tuhanku berlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahlan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal solehyang Engkau ridoi. Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang soleh” QS an-naml/27: 18-19
[4] Ibnu Katsir dalam Tasirnya sebagaimana di kutip Barbara Freyer Stowasser menyatakan ia anak seorang wazir kerajaan Himyariyah yang ada di Ma’rib Yaman. Ayahnya bernama Dzu Syarakh (sebagian yang menyebutnya Syurahil--penulis) ibn Hudad dan ibunya bernama Umairah , anak seorang raja Jin. Lih. Barbara, Op.cit, h.158 Dan kata Saba’ dapat berarti wilyah atau negeri sebagai yang ditunjuk oleh al-Qur’an dalam surat an-Naml dan dapat juga berarti kaum sebagaimana yang dimaksud dalam ayat dalam surat Saba’ berikut ini. M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Volume 11, Jakarta: Lentera hati, 2004, Cet.ke-2, h. 362
[5] Lih Ibid, h. 364
[6] Ibid
[7] Nabi Sulaiman adalah seorang Raja bani Israil yang pusat kekuasaannya di Palestina. Nabi Sulaiman mewarisi kekuasaan atas Bani Israil dari ayahnya nabi Daud. Ia dikrunia oleh Allah mukjizat dapat berkomunikasi dengan burung. binatang dan serangga. Adapun bala tentara kerajaannya terdiri dari manusia, jin dan burung Lebih lanjut lih al-Qur’an surat an-Naml/27 ayat 15-19.
[8] M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Volume 10, Jakarta: Lentera hati, 2004, Cet.ke-2, h. 209
[9] Ibid, h. 211-212
[10] Itulah sekelumit tentang kisah burung Hudhud dalam al-Qur’an. Burung Hudhud adalah sejenis merpati yang dapat dilatih untuk membawa surat atau barang-barang ringan dengan cara menjepatnya dengan paruh (untuk jarak tempuh yang tidak terlalu jauh) atau mengikatkan pada kaki atau bagian tubuhnya. Sayyid Quthub menguraikan tentang perihal burung Hudhud sebagaimana yang dikutip oleh M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah; Hudhud merupakan salah satu anggota bala tentara abi Sulaiman. Ia memiliki kemampuan dan keistimewaan yang melebihi jenis burung yang lain. Ini terlihat dengan jelas dalam kisah di atas bahwa ia dapat mengetahui situasi kerajaan Saba’, serta keadaan masyarakatnya, pengetahuan yang hanya dapat dijangkau oleh manusia yang berakal, suci dan bertakwa. Hudhud terbut merupakan suatu karunia dan mukjizat dari Allah. Begitu istimewanya burung Hudhud ini sehingga nabi Sulaiman ketika menginspeksi pasukannnya yang sangat besar, dengan begitu jeli tidak menemukan keberadaannnya. Tentu saja si burung Hudhud ini merupakan sosok yang penting dalam bala tentara tersebut. Ini dibuktikan laporannya yang begitu pintar tentang negeri Saba’ yang ia jumpai. Ibid, 214—215 dan 217-218
[11]Huzaemah T Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer, Jakarta: al-Mawardi Prima, 2001, Cet. Ke-1,h. 80
[12] Quraish, Vol 10, Op.cit, h. 222
[13]Ifrit adalah yang kuat dan cerdik dari bangsa Jin. Kata Ifrit menurut Quraish Shihab berati yang sangat kuat lagi gangat cerdas dan tidak dapat dicederai, juga tidak dapat dikalahkan. Jika digunakan untuk manusia berati mempersamakannya engan makhluk halus tersebut. Ibid, h. 224
[14]Ibid, h. 226
[15]Ibid, h. 228-229
[16] Lih Huzaemah, Op.cit, h. 83
[17] Quraish, Vol 10, h. 232 dan Barbara , Op.cit, h.17-158
[18] Ibid, h. 83-84 dan lih juga Chatibul Umam, et. Al, Kajian Ayat- Ayat Al-Qur’an Tentang Wanita, Jakarta: P2M IAIN Syarif Hidayatullah, 1996, h. 73-74
[19] Siti Musdah Mulia (ed), Keadilan dan Kestaraan Gender Perspektif Islam, jakarta: Lembaga kajian Agama dan Jender, 2003, Cet. Ke-2, h. Xiii dan lihat juga Stiti Musdah Mulia, Islam & Inspirasi Kesetaraan Gender, Yogyakarta: Kibar Press, 2007, Cet.ke-2, h. 17-18
[20] M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Volume 10, Jakarta: Lentera hati, 2004, Cet.ke-2, 232

1 komentar: